jump to navigation

Radio April 13, 2009

Posted by superwid in Konfrensi Pers.
trackback

Setiap saya menyukai sesuatu pasti ada alasannya.

Saya menyukai lagu-lagu Dewa19. Dewa19 sewaktu masih digawangi Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Ari Lasso dan Erwin Prasetya. Mulai dari album pertamanya, Dewa19 hingga album Pandawa Lima-nya. Lagu-lagu Dewa19 secara musikalitas menawarkan musik pop rock yang dikembangkan dalam bentuk-bentuk yang amat kreatif dengan memasukkan unsur-unsur jazzy, folk, funk, ballad. Lagu-lagunya sederhana, mudah didengarkan ditunjang dengan pemilihan lirik yang puitis.

Saya menyukai lengkingan suara Ari Lasso, saya menyukai petikan gitar Andra begitu pula betotan bas Erwin. Namun di atas semua itu saya mengagumi sosok Dhani. Terlepas dari komentarnya yang menyebut “orang yang membuat blog di Internet adalah orang yang kurang kerjaan” dan “orang yang membaca blog di Internet adalah orang-orang bodoh”, dengan mengeyampingkan kontroversi kehidupan rumah tangganya yang tidak kunjung selesai, dan dengan menafikan adanya anggapan bahwa Dhani adalah seorang Yahudi dan berpaham pluralisme, pria kelahiran Surabaya pada Mei 1972 itu adalah musisi bertalenta istimewa. Tanpa sosoknya Dewa19 tidak akan menjadi salah satu band yang eksis di blantika musik Indonesia sekaligus sebagai salah satu grup band besar terkreatif yang pernah hadir di Indonesia. Puluhan lagu yang hingga kini masih sering diperdengarkan menjadi bukti kehebatan sentuhan tangannya. Karena tangan dinginnya pula Majalah Rolling Stone Indonesia, edisi Desember 2007 menempatkan album Terbauik-Terbaik milik Dewa19 pada urutan 26 dalam daftar ‘150 Album Indonesia Terbaik’.

Tapi bukan berarti saya sepenuhnya mengaguminya. Ada beberapa hal yang kurang saya sukai dari pribadinya, terutama dengan sikap otoriternya di Dewa 19.

Semenjak Dhani menggantikan vokalis Dewa19 dan meninggalkan Erwin, saya mulai kurang menyukai Dewa19. Menurut saya, itulah blunder terbesar (sampai saat ini) yang dilakukan Dhani terhadap Dewa19. Penggantian vokalis bagi suatu band sangat berpengaruh pada gaya bermusik suatu band. Bukannya saya menyukai Ari Lasso, tapi saya lebih memilih Ari Lasso menyanyikan lagu-lagu Dewa19 dengan diiringi Dhani, Andra dan Erwin.

Dewa19 selepas kehilangan Ari dan Erwin lebih mengikuti selera pasar seperti band-band jaman sekarang dan mulai meninggalkan idealismenya. Idealisme pemuda-pemuda Surabaya yang mulai tergantikan oleh paham kapitalisme yang lebih mengutamakan material di atas segalanya. Setidaknya dulu Dewa19 pernah bermusik dengan idealismenya dan hasilnya merupakan karya-karya yang akan dikenang sepanjang masa, meskipun hanya saya dan para Baladewa yang mengenangnya.

Sekarang, bagi saya, Dewa19 bukan lagi D(hani), E(rwin), W(awan) dan A(ndra) yang membentuk band ini saat usia mereka 19 tahun. Dewa19 adalah Dhani dan Dhani adalah Dewa19.

Tapi saya tetap menyukai lagu-lagu lawas Dewa19.

Ah itu alasan saya yang mengada-ada.

Pas jaman-jamannya kaset masih menjadi ujung tombak penjualan album artis musik, saya menjadi pembeli setia dan pengoleksi kaset. Beda dengan sekarang, saat itu penjualan kaset masih marak-maraknya. Ratusan ribu kopi kaset album band yang terjual menjadi parameter sukses tidaknya suatu artis. MP3, RBT dan kawan-kawannya yang berbau digital masih belum mewabah seperti sekarang. Kalau mau yang lebih modern, ya CD audio yang saat itu perlahan mulai menggeser posisi kaset.

Tapi saat itu saya belum punya CD player, masih menjadi barang mewah bagi saya yang masih menjadi benalu bagi si mbok, tapi sekarang juga masih jadi benalu. Saat itu saya hanya punya seperangkat tape yang dibundel jadi satu dengan radio warisan dari si om. Lengkap dengan amplifier dan sepasang salon (saya menyebut speaker sebagai salon) yang besarnya seperti dua kardus mie yang ditumpuk. Jadi box ampli saya letakkan di atas box tape diapit oleh sepasang salon tadi. Suaranya mantap, bass dan treblenya mak nyus, yang pasti bikin si mbok mencak-mencak karena suaranya membuat tidur si mbok terganggu.

Saya juga punya walkman, merek AIWA, yang sering saya bawa kemana-mana jika sedang bepergian. Layarnya sudah digital, kalau mau mencari saluran radio sudah dengan model dipencet-pencet tombolnya. Walkman paling modern pada masanya. Kalau sedang tidak mendengarkan radio, kaset Savage Garden lah yang numpang di cassete playernya. Kalau tidak albumnya yang Savage Garden ya yang Affirmation. Cuma dua itu.

Kebetulan dari dulu saya kurang suka dengan penyanyi solo, saya lebih suka grup band. Maka koleksi kaset yang saya miliki kebanyakan dari kalangan band yang terhitung legendaris di Indonesia dan beberapa grup band mancanegara, terutama Sugar Ray. Tapi saya jauh lebih suka duo yang dibentuk oleh Darren Hayes dan Daniel Jones. Waktu itu sekedar suka saja tidak ada alasan khusus.

“Nanti malem jangan lupa ndengerin Yasika jam 10an malem”, kata Tiwi.
“Emangnya ada apaan”, tanya saya.
“Dengerin wae”.

Tiwi tau kalau saya suka mantengin Yasika. Dulu memang hanya ada beberapa saluran radio yang saya dengarkan. Geronimo, Swaragama dan yang paling favorit bagi saya, Yasika. Terutama acara di Yasika tiap malam jam 9, namanya Greatest Memory. Isinya ya kebanyakan tentang curahan hati orang-orang yang sedang jatuh cinta. Apalagi saat itu saya memasuki masa-masa remaja yang penuh cinta, romantis. Sok mellow gitu ceritanya. Saya masih ingat tagline-nya :

Memori..

Bahkan saya sempat berencana mengirimkan curhatan saya, Tapi lha wong kisah cinta saya datar-datar saja. Apa yang mau diceritakan?

Malam itu selepas saya mendengarkan Greatest Memory saya melanjutkan mendengarkan radio. Sesuai dengan amanah Tiwi. Sebenarnya mata sudah mulai tidak kuasa menahan kantuk, dengan setengah kesadaran yang masih tersisa saya mendengarkan radio. Saya penasaran, memangnya ada apa dengan Yasika malam ini.

Di antara sadar dan tidak, sayup-sayup terdengar alunan lagu dari Dewa19, judulnya “Aku Milikmu”.

Coba dengarkanlah sumpahku (janji suci)
Dari hati… Aku cinta kamu
Jangan dengar kata mereka
Yang tak ingin kita satu
Yakinkan aku milikmu.. Aku Milikmu

“Ya itu tadi lagu Dewa 19, Aku Milikmu yang diminta Indri yang mengirimkan salam buat teman-temannya di sekolah dan satu lagi katanya spesial buat W”, kata si penyiar Yasika.

Saya langsung terbangun.

“Apa tadi yang saya dengar?”, tanya saya dalam hati. “Ah paling cuma Indri lagi iseng. Kalo nggak pasti kerjaannya Tiwi”.

Tapi saya berpikir juga. W? Sayakah itu? Pasti saya! Ah tapi geer tidak baik untuk kesehatan, membuat terlena lupa dunia akhirat.

Tertidurlah saya malam itu.

Paginya di saya bertemu Tiwi dan Indri yang sedang bersama. Tiwi dan Indri merupakan sahabat baik. Keduanya teman saya di sekolah. Seperti biasa, saya hanya menyapa sekilas kemudian berlalu. Dari dulu memang begitu sikap saya kepada mereka meskipun sebenarnya ada perasaan lain. Saya toh pandai menyembunyikan perasaan.

“Ndengerin semalem?”, tanya Tiwi.
“Iya, tapi samar-samar. Pas itu udah ngantuk”, jawab saya sekenanya.
“Trus?”, selidik Tiwi.
“Trus saya tidur. Dah ah, mau ke kantin dulu”, saya berpamitan. Kelaparan.

Indri diam saja, seperti biasa. Dan saya juga biasa mendiamkannya. Saya segera berlalu ke kantin. Tiwi cemberut. Saya tidak peduli karena saya kelaparan. Urusan perut bisa bikin orang mati.

Hari-hari sekolah berlalu dengan biasa saja.

“Ni ada sesuatu dari Indri”, kata Tiwi sembari menyerahkan sebuah bungkusan kecil bersampul kertas coklat.
“Oh ya, makasih”.

Saya buka bungkusan coklat itu. Di dalamnya ada sebuah kaset Spin milik Darren Hayes, salah satu pentolan duo Savage Garden yang telah bubar. Saya memang berencana untuk membeli kaset ini.

“Trus gimana? Suka?”, tanya Tiwi.
“Bagus, saya suka. Cuma kok gaya bermusiknya beda, saya lebih suka Darren Hayes berkolaborasi dengan Daniel Jones pas di Savage Garden dulu daripada dia harus bersolo karir”, jawab saya.
“Oh gitu, tapi suka apanya nih?”, cecarnya lagi.
“Ya lagunya, tapi cuma dikit. Seujung kuku, kuku kelingking”.

Suatu saat saya iseng-iseng menyanyikan lagu Ari Lasso.

Entah dimana dirmu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu.. Selalu merindukankmu..

Tiwi yang mendengar segera mengomentari. Saya sudah siap-siap membela diri jika Tiwi komentar tentang suara aduhai saya yang dikatakan fals, cempreng atau tidak berpola. Akan saya katakan saya belum les vokal, suara saya belum dipoles dan sebagainya tentang masalah teknis. Tapi Tiwi tidak mengomentari suara saya.

“Kamu nggak pantes nyanyi lagu itu. Yang pantes Indri yang nyanyi”, kata Tiwi.
“Loh kenapa?”, tanya saya.
“Dasar lelaki”.

Saya bingung juga. Ini kan hak asasi setiap orang untuk melantukan suaranya. Ari Lasso pun tidak akan protes kalau lagunya saya nyanyikan. Malahan harusnya saya yang protes padanya karena turut mempopulerkan lagunya. Yang pasti saya masih bingung kenapa Tiwi komentar seperti itu.

“Kamu ini memang nggak punya perasaan ya. Laki-laki nggak punya hati, nggak peka. Pantes nggak laku-laku”, Tiwi menghakimi saya.
“Lha apa salah saya?”, saya membela diri.
“Tau!”.

Beberapa minggu kemudian saya bertemu dengan Indri di sebuah mall. Dia bersama dengan seorang lelaki. Saya menyapanya, kemudian berlalu. Seperti biasa.

“Emang dia pacarnya? Kamu dari dulu nggak mau bertindak sih. Padahal kan sebenarnya dia.. Ah sudah lupakan saja”, Tiwi menanggapi curahan hati saya.

Barangkali saya perlu mengirimkan curahan hati saya ke Yasika agar dibacakan di Greatest Memory?

Kemaren Si Sukiman memberi saya kaset Dewa19, judul albumnya Format Masa Depan. Di dalamnya ada lagu Aku Milikmu.

Tapi sayangnya tape saya tidak ada yang beres, rusak semua.

Comments»

1. septo - April 13, 2009

yo ngenteni walkman e dibalekne si Sengkuni ae le..

Sengkuni belum kembali ke Astina.

2. Aday - April 13, 2009

deng dong~

3. Landhes - April 13, 2009

Ya udah…beli tape aja sana…di Bandung,
nek mo beli disana bilange “A’ , aya peuyeum???”

A.. Wewe? Wewe Gombel? Gombel kan di Semarang Ndhes?

4. tata - April 15, 2009

nasibmu nak…sini2 tante ajari… :p

Anda kan biasanya dicampakan juga, kenapa saya harus beguru pada Anda?

5. sangprabo - April 17, 2009

Aq pernah nton pelem, tapi (kayak biasa) lupa judulnya. Ceritanya ada 2 muda-mudi yang sebenarnya sama2 saling suka. Tapi karena masing2nya ngerasa ‘ah ini cuma one side love’, akhirnya keduanya cm brcerita di buku harian masing2. Sampai suatu saat, mereka ditakdirkan utk jd suami istri,dan punya seorang anak. Si istri akhrnya meninggal pada usia muda,33 thn. Anehnya, ia hidup kembali pada musim hujan tak seberapa lama stelah itu, namun mengalami lupa ingatan. Si suami berusaha mengembalikan ingatan istrinya, dngan brcerita tntang bgaimana mereka sling jath cinta,ktika sama2 skolah d SMA yg sama,dsb.

Ternyata..(spoiler alert!) si istri yang hidup kembali itu datang dari si istri di kala muda (wktu si istri umur 21). Jadi pada wktu mati suri krn kecelakaan, dia dikash kesempatan untk melihat masa depannya,hanya selama 4 minggu musim hujan. Stelah blik ke dirinya yg umur 21 lg,dia jadi niat nyari si laki2,buat nyatain cinta.

Nah, kalo kamu dikasih kesempatan kayk si Istri,apa yg pngen kmu lakukan? Jgn lupa, teken bel dulu bru jawab.. Kalo salah,skor minus 10..

Tetttt.. Tettt.. Saya mau menjawab!

Semua yang telah terjadi itu tidak patut disesali, tapi harus dijadikan pelajaran untuk menjalani hidup selanjutnya. Melihat masa lalu itu penting, tapi menjalani hidup saat ini dan menatap masa depan jauh lebih penting.

Oh, maaf itu diri saya yang lain yang menjawab. Saya sih.. Tidak ada komentar :p

6. joesatch yang legendaris - April 18, 2009

salahmu adalah kamu laki2 tidak peka, dur! 😛
tapi terlalu peka juga masalah, apalagi kalo ditambah nggak-enakan. seperti masmu yang tampan ini, misalnya 😈

Iya, saya takut terlalu peka seperti Anda, kakang. Takutnya sampai Didit dan Chiell juga dilayani.. Hii.. Jijay bajay siomay capcay.

7. Aday - April 18, 2009

sek, tak takon.. wedok e ayu po ora??
nek ayu, aku stuju karo joe..
tapi nek mung biasa wae,, brati anda bukan tak peka..tapi “pura2” tak peka…

lha wong jelas2 si wanitah sudah kirim salam di radio okh

Saya pilih yang kedua, pura-pura tidak peka. Tapi sebenarnya ada satu pertanyaan buat Anda,

Memangnya apa isi curhatan saya kepada Tiwi? Nipu mode : ON.

8. sangprabo - April 19, 2009

Waduh,kalo mnurutku, cakep ato ga cakep, kamunya harus peka juga dong.. Ati2 karma lo,ntar qt dicuekin cm gara2 tampang..

Iya sudah sering kena karma, kalau istilah ilmiahnya : saya sudah hapal design pattern-nya. Setelah berbuat kejahatan dengan cewek pasti nggak sukses pdkt sama cewek :p

Ngomong-ngomong, PENGALAMAN PRIBADI YA BO? 😀

9. pdparamitha - April 20, 2009

kalo si w ta’cuekin aja, tapi si bo sini2 sama tante aja 😉

Hus.. Huss… Tante-tante sukanya sama berondong. Tante saya sih Tante Afie, karena ponakannya bakalan menjadi milik saya :p Kalau belum digaet orang.

10. sangprabo - April 20, 2009

Pengalaman pribadi? Wah, aku ga ngerti maksudmu Wid. Tapi, sumpah aku ndak pernah maen hati Wid. Sumpah…

Ah, ya sudah, biasa saja Bo. Saya malah jadi curiga… :p

11. joesatch yang legendaris - April 21, 2009

nah, jelas2 ini…
pandita durna mulai beraksi. menebar fitnah kepada saya

Penebar fitnah itu biasanya Sengkuni.


Leave a reply to joesatch yang legendaris Cancel reply